Rabu, 05 Desember 2012

coffelicious


Secangkir kopi panas. Minuman pekat manis dan sedikit pahit itu mengusik pikirannya. Dinginnya kota Malang, ditambah hujan yang semakin menderas dan diselingi satu dua petir di kejauhan membuat wanita itu kembali berpikir untuk segera menyeduh kopinya. Rintihan lambung yang memohon lirih menolak rangsangan gastritis seolah menjadi tantangan baru. Atau mungkin membuatnya mencoba percobaan dengan diri sendiri sebagai scape goat. Dengan confidence interval sekecil mungkin, dia akan membuat hypothesis awal bahwa pemberian kopi secara teratur akan membuat lambung kebal terhadap kopi dan hypothesis akhir bahwa pemberian kopi secara teratur akan membuat lambung kuat menahan serangan kopi. Mungkin perbedaan Ho dan Hi tidak begitu significant, tapi ini adalah analisa dan percobaan dia sendiri, tanpa kehadiran Bapak Professor Lukito yang terhormat, terserius dan agak galak, yang akan menyalahkannya membuat wanita muda itu kembali tersenyum.

Perlahan diraihnya cangkir ekspresso yang sudah puluhan kali bergumul dengan kopi panas. Dan ditambah lagi sore ini. Perpaduan air mendidih dengan classic roast sensasi menghasilkan aroma yang selalu dirindukannya. Segar, manis, agak sepet, dan kental. Buihnya yang lembut menari dengan gemulai, berputar-putar seiring goyangan sendok yang sudah agak buram, membuat bulatan yang terkadang berakhir dengan bentuk bulatan obat nyamuk, bentuk abstract aneh, bentuk bulat berkelompok seperti awan berarak, atau membentuk gambar cinta yang sempurna. Kali ini, buih itu secara tak sengaja berbentuk tanda tanya. Mungkin jemari wanita itu membawa sisa mimpinya ke dalam cangkir yang dibelinya saat diskon di supermarket waktu itu, untuk menggambarkan kegalauannya. Atau mungkin hanya sebuah kebetulan biasa.


Menikmati secangkir kopi panas itu seperti orang jatuh cinta. Menyesapnya perlahan-lahan dalam keadaan panas sambil menghirup wanginya, yang terkadang akan membuat lidah sedikit melepuh, atau mendiamkannya digelas sampai hangat-hangat kuku sambil sesekali menghirup aromanya yang terkadang terbang mendekati lubang hidung. Dua-duanya ada kesenangan dan resiko masing-masing. Menyukai tantangan dan menikmati prosesnya, atau bersabar sambil sesekali memetik hasil yang tanpa dia minta menghampiri. Apapun itu, yang jelas kopi hangat disaat hujan deras mampu membuka matanya untuk kembali menelusuri barisan huruf-huruf rapi di journalsnya.

Read More..