Kamis, 14 April 2011

kupu-kupu ulat bulu...

Sekitar dua mingguan beberapa daerah di Pulau Jawa mendapat kunjungan tamu tak diundang,ulat bulu. Di awali dengan peledakan ribuan spesies di Probolinggo, lumajang, kediri, grobogan,jakarta dan berbagai daerah lainnya, bahkan sempat ada berita yang menyebutkan ada beberapa daerah di luar jawa yang juga mendapat kunjungan tamu tak diundang ini. Si ulat bulu atau dalam bahasa latinnya disebut Lymantria marginata, Spesies tersebut dikenali dari motif sayapnya yang berbeda antara jantan dan betina saat dewasa. Jantan bersayap gelap, sedangkan betina bersayap putih berbintik. Seekor kupu-kupu yang cantik bisa menghasilkan sampai 600 telur, yang siap menjadi larva. Secara rata-rata, Siklus hidup telur, larva (bentuk Ulat) hingga menjadi kupu-kupu malam (ngengat) adalah sekitar 30 hari.
Fase telur membutuhkan waktu 6-7 hari. Di fase larva ada 4 tahapan isntar yang masing-masing instar membutuhkan waktu 3-4 hari. Setelah itu, masuk fase pre-pupa yang butuh waktu 2 hari. Lalu di tahapan pupa butuh waktu 7 hari. Rangkaian perubahan ekosistem berpengaruh terhadap komponen ekosistem. Komponen ini berubah ketika ada hal-hal di alam yang berubah. Dulu, serangga jenis ngengat atau kupu-kupu malam ini terkonsentrasi di beberapa kawasan hutan. Famili Lymantridae umumnya hidup di hutan dataran rendah.



Hutan dataran rendah yang banyak terdapat di Jawa dan Sumatera sudah banyak berkurang dan berubah. Selain itu terdapat penanaman pohon secara homogen, yakni jenis mangga-manggaan atau dari suku suku Anacardiaceae menjadi makanan bagi larva jenis Lymantridae.

Pada kasus ini,peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengindikasikan Siklus hidup Ulat bulu sekarang lebih cepat 3-4 hari. Siklus yang lebih pendek ini terjadi manakala terpenuhinya host plant atau inang sehingga menyediakan suplai makanan bagi makhluk tersebut, yaitu homogenitasnya jenis tanaman yang menjadi inang ulat bulu ini. Berdasar teori fisiologi serangga, kurangnya makanan bagi serangga akan membuat siklus hidupnya lambat. Sebaliknya, jika tanaman yang menjadi makanan baginya sedikit maka siklus hidupnya lama. Dalam teori entomologi (ilmu yang mempelajari serangga), dinamika populasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu abiotik dan biotik.

Faktor biotik adalah adanya musuh alam dari ulat bulu dan ngengat, yakni berupa predator, parasit dan patogen atau agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sedangkan faktor abiotik adalah musuh yang bukan berasal dari alam.

Serangan ulat bulu ini memang cukup mengganggu, meski demikian menurut saya tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Ulat-ulat ini akan mengalami metamorfosis melalui prosesnya sendiri menjadi kupu-kupu. Dalam hitungan hari, memungkinkan seluruh ulat bulu yang menyerang akan berubah menjadi kepompong dan menjadi kupu-kupu. Namun, perlu disadari, kupu-kupu yang beranjak dewasa sesuai pertumbuhannya akan bertelur dan telur-telur kupu-kupu akan kembali menjadi ulat bulu. Semoga saja iklim cuaca berangsung-angsur menjadi panas dan mathari bersinar cukup terik agar penetasan telur kupu-kupu tidak maksimal seperti yang terjadi saat ini.



Ulat diketahui tidak memiliki sengat layaknya lebah, tetapi ada beberapa spesies yang bisa menimbulkan reaksi gatal, kesemutan bahkan alergi parah bila menyentuh ulat bulu. Hal ini karena beberapa spesies ulat memiliki bulu yang mengandung racun sehingga dapat menimbulkan reaksi gatal dan alergi bagi beberapa orang.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari serangan ulat bulu, seperti dilansir Ehow, Rabu (13/4/2011):

1. Menyemprotkan insektisida di pagi hari
Menyemprotkan langsung insektisida pada sarangnya di dedaunan dan tanaman mampu mengontrol serangan ulat bulu dengan cepat. Pagi hari adalah waktu yang terbaik, saat ulat-ulat berjemur di bawah sinar matahari.

2. Gunakan Bacillus thuringiensis (Bt)
Bacillus thuringiensis adalah pestisida alami berupa bakteri yang tergolong patogen fakultatif dan dapat hidup di daun tanaman maupun pada tanah. Bakteri ini bisa menghasilkan protein yang bersifat toksin (racun) sehingga bisa mematikan serangga. Jenis pengendalian ini dirancang tidak hanya untuk mengendalikan ulat tetapi juga akan mematikan ulat.

3. Buang daun yang menjadi sarang telur ulat
Telur ulat akan terlihat jelas pada dedaunan. Jika Anda menemukannya, buang atau kubur daun yang berisi telur ulat tersebut ke tanah. Sebaiknya dilakukan di pagi atau sore hari, yaitu ketika sebagian ulat masih berada di sarang. Pastikan untuk menggunakan sarung tangan untuk menghindari terkena bulu ulat yang beracun.

Namun bila Anda terlanjur menyentuh atau terkena ulat bulu, maka segera lakukan tindakan pengobatan seperti berikut ini:

1. Hilangkan bulu ulat yang melekat di kulit
Hilangkan bulu ulat uang menempel pada kulit dengan menggunakan kertas, sarung tangan atau selotip. Hilangkan bulu-bulu tersebut secepat mungkin sebelum menyebar ke bagian tubuh lain.

2. Cuci bagian yang terkena bulu
Gunakan air panas atau cuci dengan air dan sabun untuk membantu menghilangkan racun ulat bulu yang tersisa.

3. Usap dengan garam
Usapkan garam dan gosokkan selama 5 menit pada daerah yang terkena bulu untuk menghilangkan sisa bulu dan racun yang tidak hilang saat dicuci.

4. Gunakan minyak kelapa atau batu es
Gunakan minyak kelapa murni (virgin coconut oil) atau batu es untuk membantu mengobati pembengkakan dan nyeri akibat racun ulat bulu. Bila reaksi pembengkakan berlanjut, segera hubungi dokter karena hal ini bisa menjadi reaksi alergi yang serius.

5. Jangan digaruk
Tahan keinginan untuk menggaruk daerah kulit yang gatal akibat racun ulat bulu. Hal ini bisa menimbulkan luka yang bisa menyebabkan infeksi pada kulit. Sebaiknya gunakan krim atau lotion yang bisa mengurangi reaksi gatal karena gigitan serangga.

dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar